BAB IV
PEMBAHASAN
Pembahasan merupakan bagian studi kasus yang membahas tentang beberapa
kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Setelah penulis
melakukan asuhan kebidanan pada Ny. ”S” P20002 dengan hemorrhage
post partum primer karena plasenta acreta partial diruang bersalin Bapelkes RSD
Jombang, maka melalui pendekatan proses asuhan kebidanan pada bab ini penulis
mempunyai kesempatan untuk mengemukakan beberapa kesenjangan dan kesamaan yang
terdapat pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus antara lain :
4.1 Pengkajian data
Pengumpulan data atau pengkajian merupakan langkah awal untuk mendapatkan
data klien berupa data subyektif maupun data obyektif ditunjang dengan
pemeriksaan penunjang. Saat melakukan pengkajian di ruang bersalin Bapelkes RSD
Jombang penulis tidak menemukan kesulitan karena keluarga dan klien kooperatif
dalam memberikan informasi yang dibutuhkan. Pada data subyek disebutkan keluhan
utama pasien yaitu pada saat melahirkan anak kedua pasien mengalami perdaraha
sebelum plasenta lahir dan ibu merasakan nyeri pada saat dilakukan peregangan
tali pusat. Dan pada data obyektif didapatkan pula perdarahan + 600 cc,
tinggi fundus uteri setinggi pusat, Hb 5 gr %, kontraksi uterus lembek, tali
pusat tampak di introitus vaginalis dan pada saat dilakukan peregangan tali
pusat ibu tampak kesakitan, pada
pemeriksaan dalam didapatkan ostium uteri terbuka dan teraba sebagian plasenta
yang sudah lepas dan yang sebagian lagi melekat erat pada dinding SBR. Dalam
hal ini ada kesamaan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus.
4.2 Identifikasi Diagnosa, Masalah dan
Kebutuhan
Pada tinjauan pustaka didapatkan
satu diagnosa kebidanan yaitu hemorrhage post partum primer karena plasenta
acreta partia dan satu masalah yaitu pre shock. Begitu juga pada tinjauan kasus. Sehingga antara tinjauan pustaka dan
tinjauan kasus terdapat kesamaan. Untuk pendiagnosaan pada kasus Ny. ”S” P20002
dengan hemorrhage post partum primer karena plasenta acreta partia didasarkan pada beberapa data yang diambil
pada saat melakukan pengkajian. Diantaranya pengeluaran darah lebih dari 500 cc
sebelum plasenta lahir, TFU setinggi pusat, kontraksu uterus lembek,
pemeriksaan dalam ostium uteri membuka dan teraba sebagian plasenta yang sudah
lepas dan yang sebagian melekat erat pada dinding SBR. Selain itu fundus uteri
ikut tertarik ke bawah pada saat dilakukan peregangan tali pusat dan ibu tampak
kesakitan, mengenai masalah yang disebutkan pada teori yaitu pre shock (Shock
awal) yang disebabkan oleh perdarahan + 600 cc sehingga menggagu
oksigenasi ke seluruh jaringan tubuh terutama otak. Untuk kebutuhan pada kasus
Ny. ”S” P20002 dengan hemorrhage post partum primer karena plasenta
acreta partia telah terangkum dalam intervensi yang dilakukan oleh penulis
terhadap diagnosa pasien tersebut.
4.3 Antisipasi Masalah Potensial
Pada tinjauan pustaka masalah potensial yang mungkin terjadi pada pasien
dengan hemorrhage post partum primer karena plasenta acreta partia adalah shock
hemorrhage, shock neurogenik, inverse uteri, rupture uteri dan infeksi. Sedangkan
pada kasus nyata penulis tidak menemukan adanya masalah potensial. Karena telah dilakukan tindakan dengan
cepat dan tepat serta pasien diobservasi secara ketat. Sehingga dalam
hal ini tidak ada kesenjangan antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka.
4.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
Dalam tinjauan pustaka kebutuhan segera merupakan situasi yang gawat oleh
karena itu petugas (bidan) harus bertindak segera untuk mengantisipasi agar
hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi. Dalam hal ini pada kasus Ny. “S” P20002 dengan hemorrhage post partum
primer karena plasenta acreta partial. Identifikasi kebutuhan yang harus
dilakukan segera mengacu pada tinjauan pustaka : menghentikan perdarahan
(manual plasenta, pemberian obat utero tonika) mengganti cairan yang hilang,
KIE keluarga serat melakukan kolaborasi dengan dokter untuk tindakan
histerectomy. Dalam hal ini
ada kesamaan antara tinjuan pustaka dengan tinjauan kasus.
4.5 Intervensi
Pengembangan rencana pada pasien Ny. ”S” P20002
dengan hemorrharge pot partum primer karena plasenta acreta mengacu pada
intervensi tinjauan pustaka diantaranya pasang infus RL dengan jarum no. 16,
manual plasenta, pemberian obat uterotonika, KIE keluarga, kolaborasi dengan
dokter sehingga dalam hal ini tidak terjadi kesenjangan antara tinjauan pustaka
dengan tinjauan kasus.
4.6 Implementasi
Pelaksanaan
askeb pada Ny. “S” P20002 dengan hemorrhage post partum primer
karena plasenta acreta partia bertujuan untuk menghentikan perdarahan,
mengatasi pre shock (shock awal) dan mencegah komplikasi yang disebabkan oleh
hemorrhage post partum primer karena plasenta acreta partia. Dalam pelaksanaan
tindakan penulis tidak mendapatkan hambatan yang berarti dan semua intervensi
dapat dilaksanakan. Hal ini karena adanya kerjasama dengan pasien, keluarga dan
petugas kebidanan yang lain, serta ditunjang dengan sarana dan pra sarana yang
ada di Bapelkes RSD Jombang. Sehingga memungkinkan untuk melakukan asuhan
kebidanan sesuai dengan rencana tindakan.
4.7 Evaluasi
Pada tahap eveluasi penulis melakukan
penilaian berpedoman pada kriteria hasil dan tujuan berdasarkan waktu yang
telah ditetapkan dalam bentuk SOAP pada Ny. “S” P20002 dengan
hemorrhage post partum primer karena plasenta acreta partial. Berhasil tidak
nya intervensi yang dilakukan dapat dilihat secara nyata dalam evaluasi pada
kasus nyata. Diagnosa hemorrhage post partum primer karena plasenta acreta
partial dengan masalah pre shock (shock awal). Setelah penulis melaksanakan
asuhan kebidanan selama 1 x 15 menit hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan
kriteria hasil yang telah ditetapkan antara lain : plasenta manual tidak
lengkap, perdarahan tetap mengalir, Hb 5 gr %, pasien tetap dalam kondisi pre
shock (shock awal) dan tetap dilakukan histerectomy. Sehingga pada tahap
evaluasi dapat disimpulkan tujuan tidak tercapai sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan. Hal itu disebabkan oleh karena sebagian besar plasenta yang
tertinggal dan melekat erat pada SBR depan yang menyebabkan kontraksi uterus
tidak adekuat sehingga pembuluh darah pada bekas inplantasi plasenta tidak
dapat tertutup sehingga perdarahan tetap berlangsung dan tindakan yang
dibutuhkan untuk menghentikan perdarahan adalah histerectomy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar