Senin, 29 Juli 2013

BAB 4 KTI KEBIDANAN (JUAL KTIKEPERAWATAN DAN KEBIDANAN)


BAB IV
PEMBAHASAN

Pembahasan merupakan bagian studi kasus yang membahas tentang beberapa kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada Ny. ”S” P20002 dengan hemorrhage post partum primer karena plasenta acreta partial diruang bersalin Bapelkes RSD Jombang, maka melalui pendekatan proses asuhan kebidanan pada bab ini penulis mempunyai kesempatan untuk mengemukakan beberapa kesenjangan dan kesamaan yang terdapat pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus antara lain :

4.1     Pengkajian data
Pengumpulan data atau pengkajian merupakan langkah awal untuk mendapatkan data klien berupa data subyektif maupun data obyektif ditunjang dengan pemeriksaan penunjang. Saat melakukan pengkajian di ruang bersalin Bapelkes RSD Jombang penulis tidak menemukan kesulitan karena keluarga dan klien kooperatif dalam memberikan informasi yang dibutuhkan. Pada data subyek disebutkan keluhan utama pasien yaitu pada saat melahirkan anak kedua pasien mengalami perdaraha sebelum plasenta lahir dan ibu merasakan nyeri pada saat dilakukan peregangan tali pusat. Dan pada data obyektif didapatkan pula perdarahan + 600 cc, tinggi fundus uteri setinggi pusat, Hb 5 gr %, kontraksi uterus lembek, tali pusat tampak di introitus vaginalis dan pada saat dilakukan peregangan tali pusat  ibu tampak kesakitan, pada pemeriksaan dalam didapatkan ostium uteri terbuka dan teraba sebagian plasenta yang sudah lepas dan yang sebagian lagi melekat erat pada dinding SBR. Dalam hal ini ada kesamaan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus.     
4.2     Identifikasi Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan
Pada tinjauan pustaka didapatkan satu diagnosa kebidanan yaitu hemorrhage post partum primer karena plasenta acreta partia dan satu masalah yaitu pre shock. Begitu juga pada tinjauan kasus. Sehingga antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus terdapat kesamaan. Untuk pendiagnosaan pada kasus Ny. ”S” P20002 dengan hemorrhage post partum primer karena plasenta acreta partia  didasarkan pada beberapa data yang diambil pada saat melakukan pengkajian. Diantaranya pengeluaran darah lebih dari 500 cc sebelum plasenta lahir, TFU setinggi pusat, kontraksu uterus lembek, pemeriksaan dalam ostium uteri membuka dan teraba sebagian plasenta yang sudah lepas dan yang sebagian melekat erat pada dinding SBR. Selain itu fundus uteri ikut tertarik ke bawah pada saat dilakukan peregangan tali pusat dan ibu tampak kesakitan, mengenai masalah yang disebutkan pada teori yaitu pre shock (Shock awal) yang disebabkan oleh perdarahan + 600 cc sehingga menggagu oksigenasi ke seluruh jaringan tubuh terutama otak. Untuk kebutuhan pada kasus Ny. ”S” P20002 dengan hemorrhage post partum primer karena plasenta acreta partia telah terangkum dalam intervensi yang dilakukan oleh penulis terhadap diagnosa pasien tersebut.

4.3     Antisipasi Masalah Potensial
Pada tinjauan pustaka masalah potensial yang mungkin terjadi pada pasien dengan hemorrhage post partum primer karena plasenta acreta partia adalah shock hemorrhage, shock neurogenik, inverse uteri, rupture uteri dan infeksi. Sedangkan pada kasus nyata penulis tidak menemukan adanya masalah potensial. Karena telah dilakukan tindakan dengan cepat dan tepat serta pasien diobservasi secara ketat. Sehingga dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka.

4.4     Identifikasi Kebutuhan Segera
Dalam tinjauan pustaka kebutuhan segera merupakan situasi yang gawat oleh karena itu petugas (bidan) harus bertindak segera untuk mengantisipasi agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi. Dalam hal ini pada kasus Ny. “S” P20002­ dengan hemorrhage post partum primer karena plasenta acreta partial. Identifikasi kebutuhan yang harus dilakukan segera mengacu pada tinjauan pustaka : menghentikan perdarahan (manual plasenta, pemberian obat utero tonika) mengganti cairan yang hilang, KIE keluarga serat melakukan kolaborasi dengan dokter untuk tindakan histerectomy. Dalam hal ini ada kesamaan antara tinjuan pustaka dengan tinjauan kasus.

4.5     Intervensi
Pengembangan rencana pada pasien Ny. ”S” P­20002­ dengan hemorrharge pot partum primer karena plasenta acreta mengacu pada intervensi tinjauan pustaka diantaranya pasang infus RL dengan jarum no. 16, manual plasenta, pemberian obat uterotonika, KIE keluarga, kolaborasi dengan dokter sehingga dalam hal ini tidak terjadi kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus.

4.6     Implementasi
Pelaksanaan askeb pada Ny. “S” P20002 dengan hemorrhage post partum primer karena plasenta acreta partia bertujuan untuk menghentikan perdarahan, mengatasi pre shock (shock awal) dan mencegah komplikasi yang disebabkan oleh hemorrhage post partum primer karena plasenta acreta partia. Dalam pelaksanaan tindakan penulis tidak mendapatkan hambatan yang berarti dan semua intervensi dapat dilaksanakan. Hal ini karena adanya kerjasama dengan pasien, keluarga dan petugas kebidanan yang lain, serta ditunjang dengan sarana dan pra sarana yang ada di Bapelkes RSD Jombang. Sehingga memungkinkan untuk melakukan asuhan kebidanan sesuai dengan  rencana tindakan.

4.7     Evaluasi
Pada tahap eveluasi penulis melakukan penilaian berpedoman pada kriteria hasil dan tujuan berdasarkan waktu yang telah ditetapkan dalam bentuk SOAP pada Ny. “S” P20002 dengan hemorrhage post partum primer karena plasenta acreta partial. Berhasil tidak nya intervensi yang dilakukan dapat dilihat secara nyata dalam evaluasi pada kasus nyata. Diagnosa hemorrhage post partum primer karena plasenta acreta partial dengan masalah pre shock (shock awal). Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan selama 1 x 15 menit hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan antara lain : plasenta manual tidak lengkap, perdarahan tetap mengalir, Hb 5 gr %, pasien tetap dalam kondisi pre shock (shock awal) dan tetap dilakukan histerectomy. Sehingga pada tahap evaluasi dapat disimpulkan tujuan tidak tercapai sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Hal itu disebabkan oleh karena sebagian besar plasenta yang tertinggal dan melekat erat pada SBR depan yang menyebabkan kontraksi uterus tidak adekuat sehingga pembuluh darah pada bekas inplantasi plasenta tidak dapat tertutup sehingga perdarahan tetap berlangsung dan tindakan yang dibutuhkan untuk menghentikan perdarahan adalah histerectomy.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar